Jumat, 28 Juni 2013

Apakah Stress pada Remaja Berdampak Besar Dalam Pendidikan?



 
APAKAH STRESS PADA REMAJA BERDAMPAK BESAR DALAM PENDIDIKAN?

DISUSUN OLEH:
HESTY RETNO SARI
NPM. 10.1.01.08.0115

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
JULI 2011
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
&   Jadikan langkah sebagai ibadah
Jadikan hembusan nafas sebagai tilawah
Jangan jadikan hidup sebagai suatu beban
Tuhan lebih kasih daripada siapapun
&   Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini, ingat kebiasaan menunda pekerjaan akan mempersulit hidup dan kehidupan anda sendiri
&   Don’t judge a book from its cover
Penulis persembahkan untuk:
         Ayah Ibu tercinta
         Kakak-kakak dan adikku tersayang
         Seseorang yang Penulis rindukan dan nantikan
         Teman-teman Bat of End yang Penulis sayangi


KATA PENGANTAR
      Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia serta rahmatNya sehingga makalah ini dapat Penulis selesaikan dengan baik.
      Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Ujian Akhir Semester Bahasa Indonesia program studi strata 1/S1 pada Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Kediri.
      Ucapan trima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga pada Ibu Bapak tercinta yang telah memberikan dorongan dan bimbingan baik lahir maupun batin serta dengan tulus ikhlas senantiasa berdoa supaya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan kemudahan, tepat waktu dan senantiasa mendapat ilmu yang bermanfaat.
      Tidak lupa pula Penulis mengucakan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada :
1.      Bapak Samari, SE. MM. selaku rektor Universitas PGRI Kediri
2.      Bapak Drs. Imam Baehaqi, M.Pd. selaku Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia
3.      Ayah, Ibu dan kakak-kakak serta adikku tercinta yang telah banyak membantu baik moral maupun materiil dan mendukung setiap langkah Penulis.
4.      Teman-teman Bat of  End kelas 1-B dan semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung sehingga Makalah ini selesai.
      Atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, Penulis mengucapkan terima kasih dan berdoa supaya Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah dalam setiap langkahnya. Akhirnya Penulis berharap agar kelak makalah ini berguna bagi pihak-pihak yang berkompeten untuk mempelajarinya. Amin.


Kediri,                     2011
Penulis




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL                                                                                         i
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN                                              ii
KATA PENGANTAR                                                                                     iii
DAFTAR ISI                                                                                                    v
BAB I             PENDAHULUAN                                                                   1
                                               1.1          Latar Belakang                                                                 1
                                               1.2          Rumusan Masalah                                                            3
                                               1.3          Tujuan                                                                              3
BAB II                        PEMBAHASAN                                                                      5
                                               2.1          Stress                                                                                5
                                                                    2.1.1         Pengertian Stress                                                 5
                                                                    2.1.2         Penggolongan Stress                                           6
                                                                                             2.1.2a           Distress (stress negatif)                       6
                                                                                            2.1.2b           Eustress (stress positif)                        6
                                                                    2.1.3         Stresor                                                                 7
                                                                    2.1.4         Ciri-ciri stress                                                      7
                                               2.2          Remaja                                                                             9
                                                                     2.2.1     Pengertian Remaja                                               9
                                                                     2.2.2     Ciri-ciri Masa Remaja                                        10
                                                                 2.2.3          Remaja dalam Dunia Pendidikan                      13
                                               2.3          Penyebab Stress Terjadi pada Remaja                           13
                                               2.4          Solusi untuk Remaja yang Mengalami Stress                16
                                               2.5          Dampak Stress pada Remaja dalam Dunia Pendidikan 20
BAB III          KESIMPULAN DAN SARAN                                             23
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                25





 

BAB I
PENDAHULUAN
  1.1       Latar Belakang
       Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar. Salah satunya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis. Pencarian identitas dan membentuk hubungan baru termasuk mengekspresikan perasaan seksual (Santrock, 1998). Hall (dalam Papalia, 1998) menyebut masa ini sebagai periode “badai dan tekanan” atau “strom and stress”. Suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
       Stress sekolah mempunyai dampak terhadap kehidupan pribadi peserta didik. Diantaranya adalah secara fisik, psikologis maupun secara psikososial. Peserta didik yang mengalami tingkat stress tinggi dapat menimbulkan kemunduran prestasi, perilaku maladaptive, dan berbagai problem psikososial lainnya. Sedangkan peserta didik yang mengalami tingkat stress sedang malah dapat meningkatkan kesadaran, kesiapan, dan prestasi. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi peserta didik yang mengalami gangguan dalam kehidupannya.
Stress merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan. Stress mempengaruhi setiap orang, begitu juga pada peserta didik di sekolah. Mereka biasanya khawatir akan perubahan tubuhnya dan mencari jati diri. Sebenarnya peserta didik dapat membicarakan masalah mereka dan mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah, tetapi karena pergolakan emosional dan ketidakyakinan peserta didik dalam membuat keputusan penting, membuat peserta didik perlu mendapat bantuan dan dukungan khusus dari orang dewasa (“Mengatasi stress pada remaja” 2002)
Stress pada peserta didik dapat juga disebabkan karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus disekolah, tanpa melihat kemampuan si anak. Masyarakat akan mengomentari tingkat kecerdasan peserta didik, mulai dari memuji saat mendapatkan nilai baik dan menggunjing pada saat mengalami kegagalan. Beban berat yang dialami peserta didik ini dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit tersebut seperti sakit kepala, kurangnya nafsu makan, kecemasan yang berlebihan, dan lain-lain. Dipastikan ini akan mengganggu keberhasilan belajar peserta didik.
Sarwono (1994) mengatakan prestasi yang menurun pada peserta didik disebabkan karena turunnya motivasi belajar disekolah. Salah satu faktor yang sering dianggap menurun motivasi peserta didik untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu sendiri. Materi pelajaran sering dikeluhkan membosankan bagi para peserta didik. Terlalu sulit dan tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi lebih utama dari faktor materi pelajaran adalah faktor guru, yaitu cara guru menyampaikan pelajarannya kurang baik.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002) pada 60 orang peserta didik. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa penyebab utama ketegangan dan masalah yang terjadi pada peserta didik berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan dari diri mereka sendiri dan orang lain, tekanan disekolah oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka misalnya kematian, perceraian dan penyakit yang dideritanya atau anggota keluarganya. Kondisi ekonomi keluarga yang rendah juga menimbulkan masalah bagi peserta didik. Usia peserta didik atau biasa disebut usia remaja adalah usia dimana seseorang mempunyai banyak sekali keinginan, tidak mau kalah dengan temannya. Mereka tidak mau kelihatan miskin didepan teman-temannya apalagi didepan pacarnya. Hal ini membuat peserta didik menjadi tidak percaya diri, minder dan akhirnya mengalami stress.
  1.2       Rumusan Masalah
1.        Apa yang dimaksud dengan Stress?
2.        Apa yang dimaksud dengan Remaja?
3.        Mengapa Stress terjadi pada remaja?
4.        Bagaimana solusi untuk remaja yang mengalami stress?
5.        Bagaimana dampak stress pada remaja dalam dunia pendidikan?
  1.3       Tujuan
1.        Mengetahui apa itu stress
2.        Mengetahui apa itu remaja
3.        Mengetahui penyebab tress terjadi pada remaja
4.        Mengetahui solusi untuk remaja yang mengalami stress
5.        Mengetahui dampak stress pada remaja dalam dunia pendidikan










BAB II
PEMBAHASAN
2.1                   Stress
 2.1.1            Pengertian Stress
      Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti : meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk bertahan.
Rice (1987) mengatakan bahwa stress adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menybabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) mengemukakan bahwa stress mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejhateraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai peyebab stress dan reaksi individu terhadap situasi stress ini disebut sebagai respon stress. Stress adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1999).
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stress adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut.
 2.1.2            Penggolongan Stress
Selye (dalam Rice, 1992) menggolongkan stress menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stress yang dialaminya:
2.1.2a          Distress (stress negatif)
Selye menyebutkan distress merupakan stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stress dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
2.1.2b         Eustress (stress positif)
Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Hanson (dalam Rice, 1992) mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stress. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.
2.1.3             Stresor
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stress disebut dengan stressor. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (Rice, 1992). Situasi, kejadian, atau objek apapun akan menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan penyebab reaksi psikologis ini disebut stressor (Berry, 1998). Stressor  dapat berwujud atau berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
2.1.4             Ciri-ciri Stress
Beberapa ciri-ciri stres atau depresi yang biasanya berlangsung terus menerus dan lebih dari dua minggu antara lain:
a.          Terlihat lelah, atau kekurangan energi. Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan.
b.         Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya.
c.          Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih.
d.         Melankolik (rasa sedih berlebihan) yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua jam dari biasanya, rasa tidak berdaya di pagi hari dan bergerak lebih lamban.
e.          Pusing atau sakit perut.
f.          Kehilangan minat dan kegembiraan pada hampir semua aktivitas dan hal ini hampir terjadi setiap hari.
g.         Berat badan mengalami penurunan drastis, padahal tidak sedang melalukan diet. Atau justru mengalami peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan. Atau mengalami penurunan atau justru peningkatan nasfu makan hampir setiap hari.
h.         Mengalami insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (suka tidur atau lebih banyak tidur) hampir setiap hari.
i.           Mengalami penurunan minat dalam melakukan aktivitas yang terjadi
j.           Munculnya pikiran-pikiran tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana, atau adanya usaha percobaan bunuh diri, atau adanya rencana spesifik untuk bunuh diri. Dengan demikian, remaja yang mengalami depresi akan cenderung mengalami insomnia atau cenderung lebih banyak tidur, mengalami gangguan nafsu makan, muncul ide bunuh diri, mengalami gangguan fungsi sosial, lebih mudah tersinggung, mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosinya. Pada remaja yang stres, gejalanya adalah diare. Ini terjadi karena gerakan usus yang diatur oleh saraf menjadi lebih cepat daripada biasanya. Akibatnya, timbul gejala seperti nyeri perut atau diare. Faktor lainnya yang juga berperan banyak adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan, kemacetan, lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan frustasi pada masyarakat yang tinggal. Stres yang disebabkan oleh lingkungan macam ini dapat membangkitkan rasa marah dan agresi. Sedangkan orang dewasa sering mengalami stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan yang bersaing dan menuntut serta hubungan dalam keluarga.
2.2                   Remaja
 2.2.4            Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.
Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaj awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan den 18-21 tahun masa remaja akhir.
Hurlock (1999) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa remaj adalah individu yang berusia 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
 2.2.5            Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain:
1.        Masa remaja sebagai periode penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2.        Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta memengaruhi pola perilaku sika yang baru pada tahap berikutnya.
3.        Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap dan perilaku juga menurun.
4.        Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempuanyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi maslah yang sulit diatsi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu :
a.         Sepanjang masa kanak-kanak, maslah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b.        Remaja merasa diri mandiri, sehinga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
5.        Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting dari pada bersikap individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
6.        Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap simpatik terhadap perilaku remaj normal.
7.        Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri danorang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semkain tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8.        Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka meganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu:
1.        Remaja awal (12-15 tahun)
2.        Remaja madya (15-18 tahun)
3.        Remaja akhir (18-21 tahun)
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
 2.2.6            Remaja dalam Dunia Pendidikan
Sekarang ini, banyak remaja yang beranggapan bahwa sekolah adalah sebuah kewajiban bukan sebuah kebutuhan. Banyak persepsi diantara mereka, mulai dari yang positif sampai yang negative, biasanya para remaja mulai menganggap bahwa menuntut ilmu adalah sebuah paksaan, ketika dalam pendidikannya terdapat sebuah tekanan, baik dari orang tua maupun dari pendidiknya disekolah, orang tua yang menuntut anaknya untuk memiliki nilai yang memuaskan tanpa melihat kemampuan sang anak, dan dari pendidik yang mewajibkan peserta didik menguasai materi dan mengerjakan tugas-tugas dengan benar. Jauh dari semua itu, banyak pula remaja yang mengalami masa-masa bahagia disaat mereka mendapatkan prestasi yang gemilang dan pujian dari orang-orang disekitarnya.
2.3                   Penyebab Stress Terjadi pada Remaja
Menurut Windle dan Mason ada empat faktor  yang dapat membuat remaja menjadi stress, yaitu penggunaan obat-obatan terlarang, kenakalan remaja, pengaruh negatif dan masalah akademis.
Garfinkel mengatakan secara umum penyebab stress pada remaja adalah:
a.          Putus dengan pacar
b.         Perbedaan pendapat dengan orang tua
c.          Bertengkar dengan saudara perempuan atau laki-laki
d.         Perubahan status ekonomi pada orang tua
e.          Sakit yang diderita oleh anggota keluarga
f.          Masalah dengan teman sebaya
g.         Masalah dengan orang tua
Menurut Walker, ada empat faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stress:
Ø  Faktor Biologis:
a.          Sejarah deperesi dan bunuh diri didalam keluarga
b.         Penggunaan alkohol dan obat-obatan didalam keluarga
c.          Siksaan secara seksual dan fisik didalam keluarga
d.         Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga
e.          Kematian salah satu anggota keluarga
f.          Perceraian orang tua
Ø  Faktor  Kepribadian :
a.          Tingkah laku agresif
b.         Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang, tertutup
c.          Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah
d.         Masalah dengan tidur  atau makan
Ø  Faktor Pendidikan
a.          Banyaknya tugas-tugas
b.         Pelajaran yang membosankan
c.          Tuntutan dari orang tua yang menginginkan nilai yang memuaskan
d.         Tekanan dari pendidik dalam hal tugas
e.          Pendidik yang kurang menyenangkan
Ø  Faktor Psikologis dan Sosial
a.          Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat  atau keluarga
b.         Tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, atau penolakan sosial
c.          Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi dan penolakan
d.         Banyaknya tugas-tugas, dan kurang maksimalnya pembagian waktu
e.          Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan

2.4                   Solusi untuk Remaja yang Mengalami Stress
Karena mereka masih minim pengalaman dalam meletakkan segala sesuatu secara perspektif maka mereka pun jadi cenderung untuk melihat ke hal-hal yang lebih sepele sifatnya. Solusinya adalah dengan membiasakan anak-anak remaja kita untuk bereaksi secara sehat, yang tentunya harus dicontohkan pula oleh lingkungannya. Cara yang lain, lanjutnya, bereaksi secara sehat. Misalnya dengan mengekpresikan segala sesuatu dengan wajar (tidak menangis atau berteriak), melatih tehnik relaksasi dengan musik, meditasi dan olah raga, serta membiasakan untuk berpikir secara seimbang sehingga mereka tidak membesar-besarkan suatu masalah. Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi/mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
a.             CBT (Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
b.            Psychodinamic Psychotherapy. Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
c.             Interpersonal Psychoterapy. Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d.            Terapi Suportif. Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi. Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat. Stres pada remaja dapat diatasi baik di dalam maupun di luar rumah. Langkah pertama dalam mengatasi stres pada remaja adalah mengidentifikasi penyebab dari stres mereka. Dugaan bahwa tidak ada alasan fisik untuk stres pada remaja harus dihindari. Remaja harus diizinkan untuk berbicara dengan bebas tentang masalah mereka dan mereka harus diberi dukungan. Orang dewasa disekitarnya harus membantu dan mengajarinya tentang metode penghilang stres dan membuat target yang realistik untuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler mereka. Orang tua atau guru harus meminta remaja untuk mendefinisikan stres menurut mereka, memberikan contoh suatu kejadian dan menanyakan tentang respon mereka terhadap kejadian itu. Berikan saran tentang respon stres yang normal dan jelaskan tentang cara untuk menangani stres. Terangkan kepada mereka bahwa stres yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Juga beri masukan untuk menghindari metode yang tidak sehat dalam mengatasi stres seperti; bertengkar, penggunaan alkohol atau narkoba. Selama dalam keadaan stres yang dialaminya, dukungan penuh harus diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Remaja, seperti anak-anak dan beberapa orang dewasa, belumlah siap untuk mengatasi masalah-masalah besar sendirian. Adanya tanda-tanda kesalahan penyesuaian diri remaja tentu saja menuntut penanganan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan individu pada masa berikutnya. Penanganan atas permasalahan remaja sangat bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang permasalahannya, dan juga upaya-upaya ini idealnya merupakan hasil kerjasama orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait. Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan ini, antara lain :
a.             Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh perhatian, pengertian dan kasih sayang.
b.            Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat
c.             Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja.
d.            Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga idealnya orang tua mengetahui kapasitas anak dan mendiskusikan target apa yang ingin dicapai.
e.             Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision making.
f.             Mendukung ide-ide remaja yang positif.
g.            Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara proporsional, tidak terlalu ketat atapun terlalu longgar.
h.            Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi fisik ataupun psikologis yang cukup mencolok segera konsultasikan dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.
2.5                   Dampak Stress pada Remaja dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan peserta didik, sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan kualitas kehidupan mereka dimasa depan. Tetapi pada saat yang sama, sekolah ternyata juga dapat menjadi sumber masalah, yang pada gilirannya memicu terjadinya stress dikalangan peserta didik.
Konsep school stress atau stress disekolah belakangan ini banyak diminati oleh sejumlah peneliti psikologi dan pendidikan untuk mengalami kondisi stress yang dialami disekolah. Kemidian para peneliti mengembangkan konsep yang menggambarkan kondisi stress yang dialami oleh siswa akibat tuntutan sekolahnya.
Verna,dkk9 (2002) mendefinisikan school stress sebagai akibat dari tuntutan sekolah, yaitu stress iswa yang bersumber dari tuntutan sekolah. Tuntutan yang dimaksud yaitu lebih menfokuskan pada tuntutan tugas-tugas sekolah dan tuntutan dari guru.
Desmita (2005) mendefinisikan stress sekolah sebagai ketegangan yang muncul dari peristiwa-peristiwa kehidupan disekolah, dan perasaan terancamnya keselamatan atau harga diri siswa, sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik, psikologis dan tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis dan prestasi akademis.
      Dari semua pembahasan yang telah Penulis tuliskan, ini membuktikan bahwa stress pada remaja memiliki dampak yang besar dalam dunia pendidikan, tidak hanya dari segi pendidikan stress pada remaja berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari.
















KESIMPULAN DAN SARAN
1.                     Kesimpulan
Depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain. Stres adalah suatu perasaan yang sangat mendalam yang menekan seseorang ketika ia memiliki sesuatu yang belum tercapai, tapi ada hambatannya. Karena tekanan ini, bisa jadi aktivitas orang yang bersangkutan jadi terganggu. Tuntutan yang diterima peserta didik disekolah dan juga tekanan dari lingkungan dapat menimbulkan stress pada peserta didik. Stress yang dialami peserta didik akan berdampak terhadap pada kehidupan pribadinya, baik secara fisik, psikologis maupun psikososial. Untuk mengantisipasi terjainya stress yang berkepanjangan yang pada gilirannya akan mengganggu prestasi akademiknya. Pihak sekolah diharapkan dapat mencegah dan mengatasi problem stress disekolah yang dialami oleh peserta didik.
2.                     Saran
Apabila anak remaja Anda mulai bersikap aneh, seperti khawatir yang berlebihan, sering marah atau sedih yang berkepanjangan, maka tindakan yang perlu dilakukan sederhana saja, yitu dengarkan mereka. Cobalah untuk merespon dengan mendengarkan keluhan yang ada dan menolong mereka untuk mencari solusi sendiri. Kalau kita terlalu bersikap protektif, yakni selalu menyelesaikan setiap masalah mereka atau menyuruh mereka melakukan apa yang harus dilakukan, bisa jadi nanti anak remaja kita tidak akan pernah merasa aman dengan dirinya sendiri. Berikan contoh-contoh jalan keluar yang selama ini sukses Anda jalani, tapi jangan sekali-kali memaksa mereka untuk menirunya. Biarkan mereka berinisiatif sendiri untuk mencoba mana yang terbaik bagi mereka degan Anda sebagai wasitnya. Apabila semua solusi di atas masih belum berhasil juga mengeluarkan anak remaja kita dari masalah stress dan menjerat, maka cobalah untuk meminta bantuan kepada para profesional. Banyak remaja yang berhasil sembuh dari penyakit stress berkat arahan dari pihak konseling.









DAFTAR PUSTAKA


0 komentar:

Posting Komentar